Untuk pemilihan
presiden dan wakil presiden saat ini memang sudah tertutup. Komisi Pemilihan
Umum (KPU) telah menetapkan dua calon pasangan presiden dan wakil presiden.
Artinya untuk saat ini tertutup sudah orang sunda untuk ikut memperebutkan
suara masyarakat Indonesia dalam rangka “merebut istana”. Akan tetapi hal ini
untuk bahan pemikiran dan disiapkan di periode selanjutnya.
Kontribusi urang sunda dalam level tertinggi
eksekutif baru sebatas di era Soeharto. Nama Umar Wirahadikusumah pernah
menjabat sebagai wakil presiden. Setelah itu tak ada nama lagi yang datang dari
tatar sunda, apalagi menduduki jabatan presiden maupun wakil presiden. Padahal,
dari sejumlah nama yang memiliki peran dalam kancah politik Indonesia, banyak urang Sunda yang eksis di lingkungan legislatif.
Sebut saja, Ginandjar Kartasasmina, Popong Otje Djundjunan. Kedua tokoh ini
sampai sekarang masih eksis dalam percaturan politik tanah air dan tentunya ia
memiliki pengaruh dari ketokohannya. Sudah barang tentu sebagai keturunan sunda
dan nyunda bisa menjadi jadi wakil dari urang
sunda. Bahkan Ginandjar Kartasasmita
sendiri sangat berpengaruh di Paguyuban Pasundan tempat berkumpulnya Urang Sunda untuk mikirkeun nasib urang sunda mulai dari budaya, ekonomi bahkan bisa
jadi pembahasan politik pun ada di ruang ini. Keberadaan paguyuban ini bukan
hanya untuk orang sunda semata, tetapi juga bagi mereka yang memiliki
kepedulian terhadap masyarakat sunda.
Ada beberapa
alasan mengapa orang sunda sudah selayaknya jadi peminmin bangsa. Pertama, secara geografis, Jawa Barat
jelas menopang untuk pembangunan Ibu Kota Jakarta. Pembangunan di beberapa kota
penyangga Jakarta; Bekasi, Bogor, Depok,
memberi dampak signifikan dalam tata kelola kota perluasan dari ibu kota
Jakarta. Sudah barang tentu akan sangat paham terhadap apa yang diharapkan
dalam rangka pembangunan Jakarta dan wilayah sekitarnya. Kedua, dilihat dari sisi kebudayaan, orang sunda memiliki
karakteristik manusia yang lemah lembut, tidak ngotot, tidak keras. Mereka
bersikap baik kepada para pendatang. Dalam istilah sunda disebutkan ‘someah
hade kasemah’. Karena sifat seperti ini orang sunda akan mudah diterima oleh
suku-suku yang ada di Indonesia. Politik identitas akan mudah hilang, karena
orang sunda sendiri tidak pernah membeda-bedakan kelompok maupun golongan.
Bahkan terbuka untuk siapapun, di manapun dan kapanpun untuk bisa diajak
bicara. Ketiga, dilihat dari aspek
ilmu geografi, istilah sunda sangat mendominasi nama wilayah yang ada d
Indonesia. Wilayah Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Tanah Jawa adalah gugusan
yang biasa disebut dengan istilah sunda besar. Sementara untuk wilayah kepulauan kecil di
wilayah Indonesia timur disebut dengan gugusan kepulauan sunda kecil. Dilihat
dari istilah ‘sunda’ dari sejumlah nama untuk gugusan kepulauan di Indonesia
menjadi bukti bahwa ‘sunda’ bukanlah istilah untuk lokal semata, tetapi sudah
menjadi nama yang besar untuk Indonesia.
Lahan Kaum Muda
Ke depan, harus
sudah saatnya warga sunda (warga Jawa Barat) memiliki keinginan yang kuat
menyodorkan putra terbaiknya untuk menjadi pemimpin bangsa. Saat ini orang
sunda yang bisa dipersiapkan di masa mendatang untuk jadi pemimpin bangsa sebut
saja nama Yuddi Chrisnandi. Pria kelahiran Bandung 29 Mei 1968 ini adalah sosok
yang patut diperhitungkan ke depan. Bermula dari kiprahnya di legislatif pusat,
kemudian menjadi Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi di era Jokowi, dan saat ini sebagai
Duta Besar Indonesia untuk Ukraina Armenia dan Geogia, tentunya sudah banyak
pengalaman yang ia peroleh dalam mengurus kepemerintahan. Selain aktif di
lingkungan kepemerintahan, ia juga dibesarkan di lingkungan kampus dan aktif
dalam organisasi kemahasiswaan. Sebelum terjun ke dunia politik Yuddy
Chrisnandi lebih dikenal sebagai seorang akademisi. Ia pernah mengajar pada
beberapa perguruan tinggi di Indonesia. Dengan segudang pengalaman baik
politik, kepemerintahan, lingkungan kampus dan organisasi kemasyarakatan, ini
menjadi bekal yang kuat dalam rangka mempersiapkan pertarungan politik ke
depannya.
Nama Yuddy
Chrisnandi sendiri pernah mencuat dalam pilpres beberapa waktu lalu. Komunitas
Paguyuban Pasundan menilai figur warga sunda ini dianggap sudah waktunya untuk
ikut terjun dalam pilres. Di mata Paguyuban Pasundan, sosok Yuddy Chrisnandi
sangat cocok untuk ditawarkan untuk jadi pemimpin bangsa. Walaupun pada
kenyataanya saat ini dua calon pasangan presiden dan wakil presiden tidak ada
dari tanah pasundan.
Melihat potensi
urang sunda ikut andil dalam memimpin bangsa, sudah seyogianya para elit,
tokoh, mulai mempersiapkan lahan bagi muda untuk melanjutkan cita-cita orang
sunda menjadi pemimpin bangsa. Sebagai entitas terbesar kedua di Indonesia dan
menyumbang 20 persen suara nasional, inilah saatnya warga sunda mendikte
perpolitikan nasional. Orang sunda bukan hanya duduk sebagai penonton, tetapi
lebih jauhnya lagi berperan sebagai pemain dan bisa memenangkan pertandingan.
Di sini, ‘Ki sunda’ harus benar-benar menjadi sosok yang diperhitungkan dalam
percaturan politik tanah air. Semoga.