Saatnya
Ki Sunda Jadi Pemimpin Bangsa
Pemilihan presiden
Indonesia telah masuk periode kedepalan, tepatnya periode 2019-2024. Dari
sejumlah nama mulai dari Soekarno presiden pertama sampai pada Joko Widodo, saat
ini mencalonan kembali, tak satupun ada nama yang berasal dari tatar sunda
(Jawa Barat). Mengapa orang sunda belum pernah ada yang menjadi presiden?.
Pertanyaan ini dirasa sederhana, dan bukan pertanyaan yang pertama kalinya. Pertanyaan
seperti ini hampir di setiap waktu pemilihan presiden terlontar, mulai dari
obrolan di warung kopi sampai pada ruang seminar sekalipun. Tapi tak satupun
tokoh yang ditawarkan untuk ditampilkan di arena tertinggi kancah politik
Indonesia. Padahal bila ditelisik lebih jauh lagi, pasti banyak tokoh orang
sunda yang memiliki kemampuan untuk tampil sebagai presiden atau wakil
presiden. Tuntutan untuk jadi pemimpin bangsa ini, tentunya bukan hanya untuk
memikirkan tanah sunda semata, tetapi lebih jauhnya lagi untuk kemaslahatan dan
kesejahteraan bangsa Indonesia.
Untuk pemilihan
presiden dan wakil presiden saat ini memang sudah tertutup. Komisi Pemilihan
Umum (KPU) telah menetapkan dua calon pasangan presiden dan wakil presiden.
Artinya untuk saat ini tertutup sudah orang sunda untuk ikut memperebutkan
suara masyarakat Indonesia dalam rangka “merebut istana”. Akan tetapi hal ini
untuk bahan pemikiran dan disiapkan di periode selanjutnya.
Kontribusi urang sunda dalam level tertinggi
eksekutif baru sebatas di era Soeharto. Nama Umar Wirahadikusumah pernah
menjabat sebagai wakil presiden. Setelah itu tak ada nama lagi yang datang dari
tatar sunda, apalagi menduduki jabatan presiden maupun wakil presiden. Padahal,
dari sejumlah nama yang memiliki peran dalam kancah politik Indonesia, banyak urang Sunda yang eksis di lingkungan legislatif.
Sebut saja, Ginandjar Kartasasmina, Popong Otje Djundjunan. Kedua tokoh ini
sampai sekarang masih eksis dalam percaturan politik tanah air dan tentunya ia
memiliki pengaruh dari ketokohannya. Sudah barang tentu sebagai keturunan sunda
dan nyunda bisa menjadi jadi wakil dari urang
sunda. Bahkan Ginandjar Kartasasmita
sendiri sangat berpengaruh di Paguyuban Pasundan tempat berkumpulnya Urang Sunda untuk mikirkeun nasib urang sunda mulai dari budaya, ekonomi bahkan bisa
jadi pembahasan politik pun ada di ruang ini. Keberadaan paguyuban ini bukan
hanya untuk orang sunda semata, tetapi juga bagi mereka yang memiliki
kepedulian terhadap masyarakat sunda.
Ada beberapa alasan
mengapa orang sunda sudah selayaknya jadi peminmin bangsa. Pertama, secara geografis, Jawa Barat jelas menopang untuk
pembangunan Ibu Kota Jakarta. Pembangunan di beberapa kota penyangga Jakarta;
Bekasi, Bogor, Depok, memberi dampak
signifikan dalam tata kelola kota perluasan dari ibu kota Jakarta. Sudah barang
tentu akan sangat paham terhadap apa yang diharapkan dalam rangka pembangunan
Jakarta dan wilayah sekitarnya. Kedua,
dilihat dari sisi kebudayaan, orang sunda memiliki karakteristik manusia yang
lemah lembut, tidak ngotot, tidak keras. Mereka bersikap baik kepada para
pendatang. Dalam istilah sunda disebutkan ‘someah hade kasemah’. Karena sifat
seperti ini orang sunda akan mudah diterima oleh suku-suku yang ada di
Indonesia. Politik identitas akan mudah hilang, karena orang sunda sendiri
tidak pernah membeda-bedakan kelompok maupun golongan. Bahkan terbuka untuk
siapapun, di manapun dan kapanpun untuk bisa diajak bicara. Ketiga, dilihat dari aspek ilmu
geografi, istilah sunda sangat mendominasi nama wilayah yang ada d Indonesia.
Wilayah Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Tanah Jawa adalah gugusan yang biasa
disebut dengan istilah sunda besar. Sementara
untuk wilayah kepulauan kecil di wilayah Indonesia timur disebut dengan gugusan
kepulauan sunda kecil. Dilihat dari istilah ‘sunda’ dari sejumlah nama untuk
gugusan kepulauan di Indonesia menjadi bukti bahwa ‘sunda’ bukanlah istilah
untuk lokal semata, tetapi sudah menjadi nama yang besar untuk Indonesia.
Lahan
Kaum Muda
Ke depan, harus sudah
saatnya warga sunda (warga Jawa Barat) memiliki keinginan yang kuat menyodorkan
putra terbaiknya untuk menjadi pemimpin bangsa. Saat ini orang sunda yang bisa
dipersiapkan di masa mendatang untuk jadi pemimpin bangsa sebut saja nama Yuddi
Chrisnandi. Pria kelahiran Bandung 29 Mei 1968 ini adalah sosok yang patut
diperhitungkan ke depan. Bermula dari kiprahnya di legislatif pusat, kemudian
menjadi Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi di era Jokowi, dan saat ini sebagai
Duta Besar Indonesia untuk Ukraina Armenia dan Geogia, tentunya sudah banyak
pengalaman yang ia peroleh dalam mengurus kepemerintahan. Selain aktif di
lingkungan kepemerintahan, ia juga dibesarkan di lingkungan kampus dan aktif
dalam organisasi kemahasiswaan. Sebelum terjun ke dunia politik Yuddy
Chrisnandi lebih dikenal sebagai seorang akademisi. Ia pernah mengajar pada
beberapa perguruan tinggi di Indonesia. Dengan segudang pengalaman baik
politik, kepemerintahan, lingkungan kampus dan organisasi kemasyarakatan, ini
menjadi bekal yang kuat dalam rangka mempersiapkan pertarungan politik ke
depannya.
Nama Yuddy Chrisnandi
sendiri pernah mencuat dalam pilpres beberapa waktu lalu. Komunitas Paguyuban
Pasundan menilai figur warga sunda ini dianggap sudah waktunya untuk ikut
terjun dalam pilres. Di mata Paguyuban Pasundan, sosok Yuddy Chrisnandi sangat
cocok untuk ditawarkan untuk jadi pemimpin bangsa. Walaupun pada kenyataanya
saat ini dua calon pasangan presiden dan wakil presiden tidak ada dari tanah
pasundan.
Melihat potensi urang
sunda ikut andil dalam memimpin bangsa, sudah seyogianya para elit, tokoh,
mulai mempersiapkan lahan bagi muda untuk melanjutkan cita-cita orang sunda
menjadi pemimpin bangsa. Sebagai entitas terbesar kedua di Indonesia dan
menyumbang 20 persen suara nasional, inilah saatnya warga sunda mendikte
perpolitikan nasional. Orang sunda bukan hanya duduk sebagai penonton, tetapi
lebih jauhnya lagi berperan sebagai pemain dan bisa memenangkan pertandingan.
Di sini, ‘Ki sunda’ harus benar-benar menjadi sosok yang diperhitungkan dalam
percaturan politik tanah air. Semoga.