Selasa, 06 September 2022

 

Menjadi Guru yang Digugu dan Ditiru

                                                                 

Fadlil Yani Ainusyamsi

 

Di dalam slogan bahasa sunda, guru adalah sosok pribadi nu kudu digugu jeung ditiru. Slogan ini menunjukkan bahwa kedudukan guru memiliki makna yang sarat dengan nilai-nilai filosofis dalam kehidupan. Ia memiliki peran ganda yang tidak terpisahkan yakni sebagai pengajar dan juga sebagai pendidik. Begitu besarnya peranan guru sebagai pengajar dan pendidik, kemajuan pendidikan ditentukan oleh peran guru itu sendiri. Fungsi guru dihadapan anak didik sebagai pengajar adalah membantu dalam peningkatan kecerdasan (intelegensi) anak didik. Sedangkan guru sebagai fungsi pendidik adalah kemampuan guru untuk mengarahkan anak didik agar memiliki nilai-nilai idealitas personal.

Menjadi guru yang digugu dan ditiru, syarat utama yang harus ada adalah menjadikan dirinya sebagai pribadi yang sehat. Ia sehat secara jasmani dan rohani. Ketika seorang guru memiliki kepribadian sehat, tentunya tidak hanya berfikir bagaimana pengajaran itu dilakukan, tetapi pesan ruh pendidikan itu sendiri akan dapat tersampaikan baik terhadap siswa maupun lingkungan sosial.

Di dalam konteks lingkungan sekolah, seorang guru harus mampu beperan dalam mentransfer ilmu pengetahuan yang sesuai dengan mata pelajaran untuk kepentingan siswa, baik secara pribadi maupun secara akademis. Dalam hal ini guru harus mampu menciptakan suatu tatanan kondisi siswa di mana sekolah adalah kumpulan siswa yang datang dari latar belakang keluarga yang berbeda. Tujuan utamanya adalah sekolah menjadi suatu lingkungan yang berdiri sendiri di atas nilai-nilai pendidikan yang komprehensif.

Rasulullah SAW. telah memberikan contoh yang nyata dalam menyampaikan wahyu kepada umat manusia. Beliau berdakwah ke setiap penjuru kota Makkah lebih mengedepankan nilai akhlak yang mulia (akhlakul karimah). Beliau tidak saja ramah dan hormat terhadap sahabat, tetapi juga terhadap musuhpun beliau tetap mengedepankan akhlak yang terpuji, karena tujuan utamanya adalah merubah perilaku manusia dari kerusakan akidah, akhlak dan perilaku manusia untuk menciptakan peradaban baru yang sesuai dengan sya’riat dan ajaran Islam.

Cara-cara yang dilakukan oleh Rasulullah SAW. tersebut, tentunya dapat ditiru oleh seorang guru dalam proses pembelajaran. Maka untuk itu, pribadi guru harus memiliki rambu dan etika, antara lain; pertama; seorang guru dalam menghadapi anak didiknya harus memiliki sifat dan sikap keibuan atau kebapakan.

Kedua, memiliki pengetahuan mengenai isi dari ajaran yang bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah. Tujuannya adalah untuk membangun pribadi perserta didik menjadi insan yang suci sejak dini. Untuk membentuk pribadi yang suci maka perlu ditanamkan kalimah thayyibah (kata yang serba suci), sebagaimana firman Allah SWT;

“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Allah” (Q.S. Ibrahim; 24-25)

 

Tanggungjawab Profesi

Ketika seseorang memutuskan untuk menjadi seorang guru, maka harus menyadari bahwa ia akan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan yang akan didiknya. Tuntutan orang tua ketika menyerahkan anaknya untuk masuk sekolah, maka di sanalah guru harus berperan memberi warna dengan ilmu pengetahuan dan penanaman nilai-nilai kehidupan terhadap peserta didik. Guru harus mampu berkomunikasi dengan orang tua seputar perkembangan anak didiknya. Mereka sama-sama mendorong siswa agar mampu menjadi pribadi yang utuh.

Seorang guru memiliki tanggungjawab besar terhadap profesi yang lakukannya. Setidaknya ada tiga aspek yang tidak terpisahkan dari seorang guru. Pertama, seorang guru harus mampu menjadi pribadi pendidik, kedua, harus memiliki keterampilan dalam bidang mengajar, ketiga, memiliki kepribadian sehat yang dapat diguru dan ditiru baik oleh siswa maupun masyarat, sehingga ia menjadi sosok yang menularkan tauladan dan dihormati.

Di hadapan masyarakat, guru tidaklah dilihat ia sebagai pengajar pelajaran apa, di mana tempat tugasnya, tetapi dipandang sebagai sosok yang memiliki budi pekerti luhur dan wawasan yang luas. Permasalahannya, ketika ia dihadapkan dengan perilaku yang tidak sejalan dengan norma hukum maupun adat, maka risikonya adalah kecaman yang berat pasti diterima. Lebih parahnya lagi apabila seorang guru tidak memahami dirinya sebagai seorang guru. Oleh karenanya betapa pentingnya seorang guru selalu menampilkan peribadi yang menjadi panutan baik oleh siswa di sekolah maupun oleh masyarakat luas.

Karena tuntutan profesi, seorang guru harus lebih berperan sebagai pendidik multikultural. Pendidikan multikultural didasari asumsi, tiap manusia memiliki pengalaman hidup unik dan berbeda-beda. Kegiatan belajar-mengajar bukan ditujukan agar peserta didik menguasai sebanyak mungkin materi ilmu atau nilai, tetapi lebih hasil yang diharapkan mampu menjadi dirinya sendiri baik secara individu maupun sosial

Karena itu, pribadi guru benar-benar dipertaruhkan di lingkungan sosial. Slogan guru adalah pribadi yang harus diguru dan ditiru harus menjadi doktrin sendiri karena tuntutan profesi. Insya Allah !

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jujur

  J u j u r   Wajib bagi kamu yang berlaku benar, karena sesungguhnya kebenaran itu membawa kepada kebaikan dan kebaikan itu membawa ke ...