Rabu, 01 November 2017

Sistem Pendidikan di Pondok Pesantren Darussalam Ciamis

 A. Latar Belakang Masalah

Kelahiran pondok pesantren di tanah air ini tidak dapat dipisahkan dari sejarah masuknya Islam ke Indonesia. Kehadiran pondok pesantren sampai saat ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi umat Islam. Di tengah terpaan arus globalisasi, individualisme, dan pola hidup materialistik yang kian mengental, pondok pesantren masih konsisten dengan menyuguhkan suatu sistem pendidikan yang mampu menjembatani kebutuhan fisik (jasmani) dan kebutuhan mental spiritual (rohani) manusia.

Eksistensi pondok pesantren dalam menyikapi perkembangan zaman, tentunya memiliki komitmen untuk tetap menyuguhkan pola pendidikan yang mampu malahirkan sumber daya manusia yang handal. Kekuatan head, heart dan hand, menjadi modal utama untuk membentuk pribadi santri yang mampu menyeimbangi perkembangan zaman.

Pondok pesantren yang awal mulanya merupakan lembaga pendidikan yang bersifat tradisional (salafi) yang fungsi dan tujuannya sebagai lembaga syiar Islam, maju dan mundurnya tergantung kepada kyainya. Kedudukan kyai adalah sentral kebijakaan dalam menentukan kelangsungan dan kemajuan pondok pesantren. Dalam kajian pendidikan yang dibahas hanya sebatas pada persoalan keagamaan dan sifatnya tertutup. Apalagi di zaman kolonial, keberadaan pondok pesantren sangat diawasi ruang geraknya.

Perkembangan berikutnya, pondok pesantren yang dipimpin oleh “kyai cendikiawan muslim” mulai menerima “input” dari luar dan mulai menyesuaikan diri dengan kebutuhan masyarakat luas. Sejak itu pondok pesantren tidak hanya mengurusi masalah pendidikan keagamaan saja, tetapi sudah mampu mengurusi masalah sosial lainnya. Bahkan, banyak pondok pesantren yang mengadakan kerja sama dengan instansi pemerintah daerah ataupun pusat untuk mengerjakan beberapa program pemerintah yang dilaksanakan oleh pondok pesantren. Visi, misi dan tujuan pendidikan pesantren yang disesuaikan dengan dinamika masyarakat dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat diperlukan untuk menyusun dan menetapkan program pendidikan pondok pesantren.

Dalam hal penyelenggaraan pendidikan, dewasa ini pondok pesantren telah banyak yang mengubah bentuk dalam pola pendidikannya dengan menyelenggarakan jenis pendidikan persekolahan dan keterampilan. Pendidikan persekolahan yang ada biasanya lembaga pendidikan yang bernuansa Islami. Mulai dari Raudlatul Athfal, Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah dan Perguruan Tinggi Agama Islam dan Mahad 'Aly. Untuk pendidikan keterampilan, pondok pesantren menyediakan berbagai fasilitas keterampilan bagi santrinya. Antara penyelenggaraan pendidikan persekolahan dan lembaga keterampilan semuanya merupakan upaya pondok pesantren untuk dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan dan tuntutan zaman dalam bidang pendidikan.

Pondok Pesantren Darussalam Ciamis, Jawa Barat, merupakan salah satu pondok pesantren di tanah air yang tumbuh kembang sejak zaman perjuangan kemerdekaan. Kini setelah Indonesia terlepas dari hegemoni Barat, Pondok Pesantren telah berfungsi sebagai agent of change. Menanamkan nilai-nilai kebangsaan dan cinta tanah air yang disertai dengan ketaqwaan terhadap Allah dan Rasul-Nya merupakan tujuan utama yang harus diteladani oleh setiap santrinya. Untuk mencapai semua itu, ditempuh melalui penyelenggaraan sistem pendidikan yang memadukan antara sistem klasikal dan modern. Hal ini dilakukan untuk menyerap nilai-nilai modernitas dengan tetap berpijak dari pada sebuah tradisi kepesantrenan.

Berdasarkan latar belakang masalah ini, maka sebuah rumusan masalah yang dikemukakan adalah bagaimana sistem pendidikan di Pondok Pesantren Darussalam?. Dengan demikian, tujuan yang hendak dicapai oleh penulis adalah untuk memberikan gambaran yang singkat dan sederhana tentang sistem pendidikan di Pondok Pesantren Darusalam Ciamis.

 

B. Sejarah Singkat Pesantren Darussalam Ciamis

Melalui sejarahnya yang panjang, Pondok Pesantren Darussalam didirikan oleh Kyai Ahmad Fadlil (almarhum) pada tahun 1929. Di awal  beridirinya, Pesantren Darussalam didirikan di atas sebidang tanah wakaf dari suami istri Mas Astapradja dan Siti Hasanah, yang berlokasi di Kampung Kandanggajah, Desa Dewasari Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Pada saat didirikannya Pesantren ini baru memiliki sebuah rumah Kyai, sebuah masjid dan sebuah asrama (pondok) yang sangat sederhana.

Pada zaman penjajahan, Pesantren Darussalam sebagaimana pesantren-pesantren umum lainnya diharuskan mengikuti undang-undang ordonansi pemerintah Belanda yang membatasi materi dan kitab-kitab teks pengajian. Kendati demikian, pembatasan yang dilakukan oleh pemerintah Hindia-Belanda tersebut tidak mengurangi minat para pemuda untuk belajar di pesantren-pesantren, termasuk di Pesantren Darussalam (waktu masih bernama Pesantren Cidewa dan belum menerima santri putri), hingga saat itu jumlah santri di Pesantren ini mencapai kurang lebih 400 orang santri putra.

Berbeda dengan kondisi pada masa penjajahan, setelah bangsa Indonesia merdeka dengan berdirinya Republik Indonesia, keleluasaan para santri dalam mengkaji kitab-kitab yang sebelumnya dibatasi, lambat laun disadari bahwa negeri tercinta yang telah diperjuangkan, harus pula disertai dengan kemerdekaan di bidang pendidikan Pesantren.

Dalam kondisi demikian, Pondok Pesantren Darussalam, sedikit demi sedikit terus mengembangkan berbagai sarana dan fasilitas pendidikan yang diperlukan santri, baik sarana pembelajaran dan penginapan (pondok).

Secara geografis Pondok Pesantren Darussalam Ciamis, berada ± 4 KM di sebelah timur ibu kota Kabupaten Ciamis. Kampus Pesantren Darussalam ini juga memiliki luas 7.3 ha. ini terbagi pada tiga kampus; kampus I (madinah al-hilwan), kampus II (madinah al-buuts) dan kampus tengah (madinah al-nashr). Pesantren Darussalam Ciamis, berada dalam wilayah Dusun Kandanggajah, Desa Dewasari, Kecamatan Cijeungjing, Kabupaten Ciamis. Sebalah utama berbatasan dengan Desa Pamalayan, yang dibatasi langsung oleh lintasan rel Kereta Api. Sebelah Barat dan sebalah Selatannya berbtasn langsung dnegan tanah miliki masyarakat Dusun Kandanggajah. Sementata itu, untuk daerah Timur dibatasi oleh jalan raya yang memisahkannya dengan Dusun Cidewa.

Kondisi tanah di lingkungan Pesantren Darussalam yang tidak datar, terlihat dengan kondisi Kampus I berada di daerah rendah dibanding dengan Kampus II dan Kampus tengah yang berada pada daerah agak tinggi. Maka untuk menuju ke Kampus II atau Kampus tengah dari Kampus I tingkat kemiringan tanah jelas terlihat.

 

 

B. Pesantren dengan Kebijakan Dulu dan Kini

Pada zaman penjajahan, Pesantren Darussalam sebagaimana pesantren-pesantren umum lainnya diharuskan mengikuti undang-undang ordonansi pemerintah Belanda yang membatasi materi dan kitab-kitab teks pengajian. Kendati demikian, pembatasan yang dilakukan oleh pemerintah Hindia-Belanda tersebut tidak mengurangi minat para pemuda untuk belajar di pesantren-pesantren, termasuk di Pesantren Darussalam (waktu masih bernama Pesantren Cidewa dan belum menerima santri putri), hingga saat itu jumlah santri di Pesantren ini mencapai kurang lebih 400 orang santri putra. Adanya pengawasan dari pemerintah Belanda pun terhadap pesantren Darussalam turut membatasi terhadap ruang gerak dan perkembangan Pondok Pesantren Darussalam.

Berbeda dengan kondisi pada masa penjajahan, setelah bangsa Indonesia memploklamirkan diri menjadi bangsa yang merdeka dengan berdirinya Republik Indonesia, keleluasaan para santri dalam mengkaji kitab-kitab yang sebelumnya dibatasi, lambat laun disadari bahwa negeri tercinta yang telah diperjuangkan, harus pula disertai dengan kemerdekaan di bidang pendidikan Pesantren.

Dalam kondisi demikian, Pondok Pesantren Darussalam, sedikit demi sedikit terus mengembangkan berbagai sarana dan fasilitas pendidikan yang  diperlukan santri, baik sarana pembelajaran dan penginapan (pondok).

Di tengah terpaan arus globalisasi, para pakar ramai menyatakan bahwa dunia akan semakin kompleks dan saling ketergantungan (interdependence). Dikatakan pula bahwa perubahan yang akan terjadi dalam bentuk non-linear, tidak bersambung (discontinuons) dan tidak bisa diramalkan (unpredictable). Masa depan merupakan suatu ketidaksinambungan (a series of discontinuities),  di sini Pondok Pesantren Darussalam membangun pemikiran ulang (rethinking) dan rekayasa ulang (reengineering) terhadap masa depan yang akan dilewati. Pondok Pesantren Darussalam berani tampil dengan pemikiran yang terbuka dan meninggalkan cara-cara lama yang tidak produktif.

Fenomena globalisasi banyak melahirkan sifat individualisme, dan pola hidup materialistik yang kian mengental. Di sini lahior sebuah tantangan yang harus dilewati oleh Pondok pesantren Darussalam yang masih konsisten dengan menyuguhkan suatu sistem pendidikan yang mampu menjembatani kebutuhan fisik (jasmani) dan kebutuhan mental spiritual (rohani) manusia.

Eksistensi Pondok Pesantren Darussalam Ciamis dalam menyikapi perkembangan zaman, tentunya memiliki komitmen untuk tetap menyuguhkan pola pendidikan yang mampu melahirkan sumber daya manusia (SDM) yang handal. Kekuatan otak (berfikir), hati (keimanan) dan tangan (keterampilan), merupakan modal utama untuk membentuk pribadi santri yang mampu menyeimbangi perkembangan zaman. Berbagai kegiatan keterampilan dalam bentuk pelatihan/workshop (daurah) yang lebih memperdalam ilmu pengetahuan dan keterampilan kerja (working skill) adalah upaya untuk menambah wawasan santri di bidang ilmu sosial, budaya dan ilmu praktis, merupakan salah satu terobosan konkrit untuk mempersiapkan individu santri di lingkungan masyarakat.

Dalam menghadapi tantangan yang semakin kompleks di lingkungan masyarakat, Pondok Pesantren Darussalam telah mengembangkan dirinya sebagai pusat keunggulan. Pondok Pesantren Darussalam Ciamis, tidak hanya mendidik santri agar memiliki ketangguhan jiwa (taqwimu al-nufus), jalan hidup yang lurus, budi pekerti yang mulia, tetapi juga santri yang dibekali dengan berbagai disiplin ilmu keterampilan lainnya, guna dapat diwujudkan dan mengembangkan segenap kualitas yang dimilikinya, agar seorng satri memiliki jiwa; muslim moderat, mukmin demokrat dan muhsin diplomat.

Untuk mencapai tujuan di atas, para santri dibekali nilai-nilai keislaman yang dipadukan dengan keterampilan dengan mulai membuka lembaga pendidikan formal. Sampai saat ini lembaga pendidikan formal dimulai dari Taman Kanak-kanak hingga Perguruan Tinggi. Lembaga pendidikan yang ada seluruhnya bercorak islami.  Lembaga pendidikan formal yang didirikan antara lain;

1.      Raudlatul Athfal (Taman Kanak-kanak).

2.      Madrasah Ibtidaiyah (SD).

3.      Madrasah Tsanawiyah (SLTP).

4.      Madrasah Aliyah Negeri (SLTA)

5.      Sekolah Menengan Atas (SMA) Plus Darussalam.

6.      Ma'had Aly Darussalam (MAD)

7.      Institut Agama Islam Darussalam (IAID);

§  Fakultas Tarbiyah

§  Fakultas Syari'ah

§  Fakultas Syari'ah

§  D2 PGTK/RA

§  Program D2 PGSD/MI

§  Program Pascasarjana (S2)

 

 

 

 

 

C. Visi dan Misi

Paradigma penyelenggraan Pondok Pesantren Darussalam tidak terlas dari upaya menciptakan gerasi yang memiliki dedikasi yang tinggi dalam mengemban amanat memajukan pendidikan Islam. Berpegang dari visi yang jelas merupakan isntrumen penting dalam penyelenggaraan lembaga pendidikan. "Visi" lembaga pendidikan pondok pesantren Darussalam adalah menjadikan lembaga pendidikan Islam yang mampu menghasilkan santri, yang;

1.      menguasai ilmu-ilmu bahasa Arab

2.      berwawasan mondial

3.      memahami dan mengapresiasi ilmu pengetahuan dan teknologi

4.      memiliki kepedulian yang tinggi terhadap pengembangan akhlak bangsa.

5.      memiliki kepedulian yang tinggi terhadap masalah-masalah lingkungan hidup.

6.      berwawasan kerakyatan dan peduli terhadap kemajuan serta kesejahteraan bangsa Indonesia.

Selain visi yang merupakan salah satu landasan pengembangan pendidikan, pondok Pesantren Darussalam juga mengemban "Misi" yang difokuskan kepada upaya pengakderan, dakwah yang multidimensional, yaitu;

1.      menggelorakan semangat pemurnian ajaran Islam sesuai dengan ajaran Ahlussunah wal Jamaah yang bersumber dari al-Qur'an dan al-Sunnah.

2.      membina budaya keshalihan (kesalihan individu dan sosial) dan budaya kepakaran di kalangan santri dan masyarakat.

3.      mengembangkan budaya prestasi dan sikap produktif di kalangan santri dan masyarakat.

4.      mengembangkan dn melestarikan ilmu-ilmu bahasa Arab dan ilmu-ilmu agama Islam yangtertuang dalam kitab-kitab kuning dan literature modern, dan

5.      mendukung, melaksanakan, dan mengamankan pembangunan nasional di segala bidang secara proaktif, dinamis, ikhlas dan bertanggungjawab.

Visi dan misi Pondok Pesantren Darussalam Ciamis ini mencerminkan watak dan ciri kemoderenan sistem pendidikan di pondok pesantern Darusalam Ciamis dengan tujuan untuk membangun mental dan spiritual masyarakat santri. Membangun manusia yang memiliki dedikasi, berakhlak, bermoral, dan mampu berpikir luwes serta memiliki jiwa terbuka. Hal ini dapat terlihat dalam motto Pondok Pesantren Darussalam, yakni berupaya membangun;

1.      Muslim moderat adalah sosok manuia muslim yang dapat bersikap luwe, tenggang rasa, bersolidaritas tetis dan sosial dan tidak ingin menang sendiri.

2.      Mukmin demokrat adalah sosok manusia beriman yang berakar ke bawah dan berpucuk ke atas. Pada saat ia manggung kekuasaan dia tidak melupakan rakyat yang telah membesrkannya, dan ketika ia turun panggung dapat kembali ke masyarakat, tidak putus asa dan selalu membangkitkan motivasi diri dan orang lain.

3.      Muhsin diplomat adalah sosok manusia yang mencintai kebajikan, keindahan, sopan-santun, dan berakhlak mulia. 

 

E. Kegiatan Santri

Sebagai lembaga pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan formal (sekolah) dan kepesantrenan aktivitas santri nyaris tiada henti. Hal ini terlihat dari jadual harian (daily activities) santri.

Waktu

Kegiatan

03.00-04.00

Bangun Pagi dan Qiyamul lail

04.00-06.00

Shalat Subuh dilanjutkan dengan kuliah subuh

06.00-07.00

Makan pagi dan persiapan sekolah

07.00-13.30

Belajar di sekolah

14.00-15.30

Istirahat dan makan siang

15.50-17.00

Shalat Ashar dan pengajian kitab kuning

17.00-18.30

Makan sore dan berjamaah shalat maghrib

18.30-20.00

Pengajian kitab kuning

20.00-21.00

Belajar bersama di asrama

21.30-

Istiratah/tidur

 

Kegiatan santri yang begitu padat, tidak saja berguna untuk melatih kedisplinan satri, melainkan juga bermanfaat untuk lebih mengoptimalkan interaksi santri dengan santri, santri dengan ustadz/ustadzah, dan dengan lainnya.

 

D. Manajemen Kelembagaan dan Struktur Kepemimpinan

Secara kelembagaan, Pondok Pesantren Darussalam dikelola oleh Yayasan Kesejahteraan Pendidikan Islam (YAKPI) al-Fadliliyah Darussalam Ciamis, Jawa Barat, dengan akta notaries Rodiah Oetomo, SH, tanggal, 3 April 1973 Nomor 1.

Sistem pengkaderan pimpinan di Pesantren Darussalam didasarkan pada profesionalisme dan spesialisasi, yaitu suatu sistem pengkaderan yang menggunakan prinsip-prinsip profesionalisme, kemampuan, keahlian, tanpa tercerabut dari akar tradisi kepesantrenan.

Sesuai dengan manajemen pesantren yang berorientasi kepada profesionalisme dan spesialisasi itu, maka pola kepemimpinan pesantren Darussalam pada masa mendatang akan bersifat konvergensial, yakni di satu sisi tetap mempertahankan pola figure sentran seperti yang dianut pada saat ini, tetapi di sisi lain akan bersifat kolektif-kolegial.

Konsep kepemimpinan kolektif-kolegial dengan pola figure sentral ini mempunyai arti bahwa dalam menjalankan tugas kepesantrenan sehari-hari antara satu pimpinan dengan pimpinan lain berkerja sama dan bahumembahu secara erat, akrab, penuh tanggungjawab, dan bersuasana penuh dengan kekeluargaan. Posisi, peran, dan fungsi figure sentral pesantren adalah mengkoordinasikan dan mengendalikan seluruh kegiatan kepesantrenan beserrta segenap lembaga-lembaga subordinate.

Pada pola kepemimpinan Pesantren Darussalam menganut sistem tiga lapis yang bersifat hirarkis-proporsional. Ketiga lapis tersebut  yaitu;

  1. Lapis pertama adalah Majelis atau Dewan Pengasuh yang merupakan pimpinan tertinggi di lingkunan Pesantren Darussalam, yaitu terdiri atas;

-          Pengasuh

-          Wakil Pengasuh

  1. Lapis kedua adalah Dewan Direktur, yang merupakan pembantu pengasuh dan merupakan komponen pimpinan Pesantren Darussalam. Saat ini dewan direktur terdiri atas;

-   Direkutur I                        : membidangi kependidikan dan sarana prasarana.

-   Direktur II             : membidangi hubungan sosial kemasyarakatan dan

                                                  kepemerintahan.

-   Direkur III                        : membidangi kesekretariatan; ketertiban dan keamanan,

                                      kegiatan-kegiatan kepesantrenan.

-   Direktur IV           : membidangi pertumbuhan perekonomian pesantren

-   Direktur V             : membidangi olah raga dan seni

-   Direktur VI           : membidangi badgeting/bendahara pesantren

3.      Lapis ketiga adalah pimpinan subordinat yang merupakan pelaksana atau pembantu Majelis Pengasuh yang terdiri dari Rektor dan Kepala Madrasah.

Ketiga lapis struktur kepemimpinan tersebut dapat terlihat dalam bagan berikut ini;

Lapi

s

 1

 
 

 


                                                                                     

Wkl. Pengasuh

1. Dr.H. Fadlil Munawwar Manshur,MS

2. Dra.Hj.Eulis Fadilah Jauhar Nafisah,M.Pd.I

 
                                                                                     

 

 

 

 

 


                                                                                                                          

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Manajemen pendidikan di Pondok Pesantren Darussalam berprinsip pada kaidah "memelihara pemikiran lama yang baik dan mengambil pemikiran baru yang lebih baik". Berdasarkan kaidah tersebut, Pesantren Darussalam seperti juga pesantren lainnya tetap memelihara sistem pengajian sorogan dan pendalaman kitab-kitab kuning. Bersama dengan itu, sistem pendidikan modern pun digunakan seselektif mungkin.

G. Guru dan Santri

Dewan guru di Pondok Pesantren Darussalam di bagi pada tiga bagian; pertama, dewan guru yang diberi tugas untuk mengajar pelajaran di sekolah, kedua, dewan guru yang diberi tugas untuk mengajar pelajaran kepesantrenan dan ketiga, dewan guru yang diberi tugas untuk mengajar di sekolah dan pelajaran kepesantrenan.

Sampai saat ini jumlah dewan guru dan Doses Pondok Pesantren Darussalam Ciamis sebanyak 236 orang. Sejumlah tersebut diperbantukan dari mulai tingkat RA-IAID.

 

E. Kurikulum dan Sistem Pengajian

Di beberapa pondok pesantren modern, sistem pengajijan dilaksanakan dengan menggunakan sistem sekolah/madrasah sebagai basisnya. Sekolah/madrasah dijadikan sebagai standar untuk menentukan kelas pengajian, materi dan kitab pengajian dan alokasi waktu.

Asumsi utama yang melandasinya adalah bahwa kemampuan santri untuk tingkat sekolah/madrasah tertentu memiliki sifat dan kemampuan yang relative homogen; sehingga penentuan kelas pengajian, materi, dan alokasi waktu secara otomatis mengikuti tingkat kelas/madrasah tersebut.

Dengan menjadikan sekolah/madrasah sebagai basis pengajian, maka (1) penentuan kelas/kelompok pegajian relative lebih mudah, (2) penentuan materi dan kitab standar dapat diseragamkan, (3) kebutuhan akan tenaga pengajar (asatidz) tidak terlalu banyak, karena dimungkinkan dibuatnya kelompok dengan jumlah peserta pengajian yang banyak, dan (4) sistem evaluasi yang bersifat formal tidak membutuhkan waktu yang lama.

Namun demikian, seiring dengan perkembangan konsep dan paradigma – di mana model pembelajaran yang berlandaskan homogenitas peserta didik sudah mulai ditinggalkan dan mulai mengrah pada model pembelajaran berbasisi individu – maka sejak tahun 2001, sistem pengajian kitab kuning di Pondok Pesantren Darussalam Ciamis dikelola dengan menjadikan kemampuan individu santri sebagai basisnya.

Hal itu disadari oleh suatu keyakinan bahwa model pembelajaran yang berbasis pada asumsi homogenitas peserta didik memiliki kelemahanyang cukup serius, yaitu kesulitas dalam mengukur perkembangan dan kemampuan peserta didik secara individual, sementara pengkuran perkembangan kemampuan berdasarkan kelas kurang dapat diandalkan.

Karena sesuai dengan tradisi pesantren, model pembelajaran yang berbasis individual sudah teruji (misalnya dalam penggunakan metode sorogan), dan dalam konteks Pondok Pesantren Darussalam model ini sangat memungkinkan, maka untuk lebih mengoptimalkan sistem pengajian pesantren dimulailah dengan model pengajian yang berbasis individu, tanpa mereduksi sama sekali penggunaan sistem kelas/kelompok.

a.      Asumsi Dasar

  1. setiap santri memiliki keunikannya masing-masing, baik yang dari aspek-aspek kognitif, afektif, amupun aspek psikomotornya.
  2. kesamaan usia individu tidak serta merta menggambarkan adsanya kematangan usia yang sama
  3. sekelompok individu adalah sekumpulan sifat, watak dan kemampuan yang heterogen dan masing-masing memiliki sifat yang unik.
  4. daya tangkap dan daya serap terhadap materi pembelajaran masing-masing individu bersifat haterogen.

 

b.      Pengelolaan

1.       penentuan tingkat pengajian didasarkan pada kemampuan individu, tidak pada tingkat sekolah/madrasah.

2.       tingkat pengajian terdiri dari tingkatan persiapan (tamhidy) tingkat dasar (ibtia'i), tingkat menengah (wustha) dan tingkat tinggi ('ulya).

3.       setiap tingkat pengajian terdiri dari satu kelompok pengajian tidak lebih dari 40 orang santri.

4.       penentuan materi pengajian didasarkan pada materi standar sesuai dengan disiplin al-Qur'an, al-Hadits, Fiqh, Akidah, Akhlaq, Nahwu, Sharaf dan Balaghah.

5.       setiap kelompok memiliki kemampuan yang relative sama.

6.       adanay sistem evalausi indivisu dilaksanakan secara berkala dan berkesinambungan.

7.       sistem rekrutmen santri didasarkan pada motivasi santri, baik motivasi memasuki pondok pesantren ataupun motivasi belajar.

c.       Kurikulum Pengajian

Kurikulum pengajian disesuaikan degan masing-masing tingkat pengajian dan mengacu kepada kitab-kitab standar masing-masing disiplin.

1.      Tingkat Tamhidy

-   Tujuannya adalah meletakkan dasar ke arah kemampuan penguasaaan baca tulis al-Qur'an, bacaan shalat, do'a, pemahaman sadar-dasar akidah, dan akhlak sehari-hari kepada sesame teman dan orang tua.

-   materi pembelajaran; bimbingan belajar baca tulis al-Qur'an metode iqra, bimbingan menghafal do'a-doa shalat, bimbingan praktek ibadah.

-   Kitab pegangan adalah buku iqra, tuntutan shalat, kumpulan doa-doa rasulullah

2.      Tingkat Ibtida'iy

-   Tujuannya adalah agar santri memahami dan menguasai dasar-dasar ilmu nahwu dan sharaf dan dapat mengaflikasikannya; memahami tata cara shalat wajib dan sunnah dengan dalil-dalilnya, memahami akidah ahlussunnah wal jamaah, dan akhlak sehari-hari.

-   Materi pembelajaran pengajian klasikal dan pembahasan kitab Jurumiyah, pengajian klasikal dan pembahasan Matan al Bina, membaca kitab Amtsilah at-Tashrif, pengajian klasikal dan pembahasan kitab Fath al-Qarib, pengajian Jawahir al-Kalamiyah, pengajian al-Akhlak li al-Banin.

-   Kitab pegangan adalah Kifayatul al-Ahyar, Fiqh Sunnah, Fath al-Majid.

3.      Tingkat Wustha

-   Tujuannya adalah agar santri memahami dan menguasai ilmu nahwu dan sharaf dan dapat mengaplikasikannya; memahami fiqh ibadah dan mu'amalah; memahami akidah Ahlussunah wal Jamaah dan dapat membedekan denganaliran aliran yang lainnya, dan dapat memahami akhlak Rasulullah saw.

-   Materi meliputi pengajian klasikal dan pembahaan kitab mutamimah al-Jurumiyah, memahamid an mengaplikasikan kitab al-Kailani, pembahasan kitab kifayah al-akhyar, pembahasan kitab Fath al-Majid

-   Kitab pegangan adalah kitab Mutamimah al-Jurumiyah, al-Kailani, Kifayah al-Akhyar, Fath al-Majid.

 

 

 

4.      Tingkat 'Ulya

-   Tujuannya adalah agar santri memahami dan mengaplikasikan ilmu tata bahasa Arab lanjutan dan metode-metode ilmu keislaman dan ilmu keislaman lainnya secara lebih lanjut.

-   Materi pembelajaran meliputi pengajian klasikal kitab al-Fiyah ibn Malik, pembahasan kitab Balaghah al-Wadhihah, pembahasan kitab ilm Ushul al-Fiqh, pembahasan kitab Mabahts fi Ulum al-Qur'an, pembahasan  kitab Ulum al-Hadits.

-   Kitab pegangan meliputi kitab 'Uqud al-Juman, Ushul Fiqh (Abu Zahra), Manahil al-Irfan.

Kegiatan pendidikan dan pengajian di Pondok Pesantren Darussalam Ciamis  memiliki ciri khusus, di antaranya:

  1. Takhashshus, yakni penekanan pada bdaing Nahwu/Sharaf, Fiqh dan Ushul Fiqh serta khazanah ilmu-ilmu Islam klasikal lainnya.
  2. Integralitas, yakni penggabungan antara sistem pendidikan pondok pesantren (salafi) dengan sistempen didikan formal.
  3. Moderasi dan Tasamuh dalam pengamalan keagamaan, di mana Pondok Pesantren Darussalam tidak berafiliasi kepada organisasi keagamaan tertentu dan fahan keagamaan tertentu kecuali komitmen terhadap al-Qur'an dan Sunnah.
  4. keterbukaan dalam menyerap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.

Sistem evaluasi dan ujian pengajian di Pondok Pesntren Darussalam terdiri dari tiga jenis;

  1. Ujian awal dilakukan pada saat penjaringan/rekruitmen santri baru. Penjaringan santri baru ini dilaksanakan dalam suatu kepanitiaan terpadu yang di dalamnya terdapat personal yang ditunjuk dari tiap-tiap SP3. Pelaksanaannya setiap awal tahun pelajaran (antara Bulan Juni-Juli).
  2. Ujian Tengah Semester dilakukan pada pertengahan semester dan bertujuan untuk mengetahui perkembangan dan kemampuan santri.
  3. Ujian Akhir Semester dilakukan pada akhir setiap tahuan ajaran dan bertujuan untuk menentukan naik-tidaknya santri ke jenjang tingkatan selanjutnya.

 

F. Lembaga Penunjang

Kegitan santri di Pesantren Darussalam sehari-hari di samping mengukuti pengajian, juga ditunjang oleh kegiatan kegitan yang bersifat kurikuler maupun ekstra kurikuler. Itu sebabnya santri diberi kebebasan untuk mengikuti berbagai kegiatan ekstra, mulai dari kegiatan seni musik, seni bela diri, seni teater, keterampilan komputer, pramuka dan kegiatan ekstra lainnya.

Selaian kegiatan santri tersebut, ditunjang oleh lembaga–lembaga yang didirkkan yang tidak saja bermanfaat terhadap santri dan alumni, tetapi juga dapat dirasakan oleh masyarakat banyak. Falitas-falitas pendukung tersebut meliputi;

1.      Majelis Ta’lim Darussalam (MTD)

2.      Majelis Mudzakarah Darussalam.

3.      Pusat Informasi Pesantren.

4.      Ikatan Alumni Darussalam (IKADA)

5.      Koperasi Ikdas

6.      Baitul Mal wat Tamwil (BMT)

7.      Pusat Pelatihan Komputer (PPK)

8.      Sanggar Seni Musik dan Saslaridha

9.      Terapi Musik Sufi Qasidah al-Burdah

Selain lembaga-lembaga penunjang tersebut, juga tersedia fasilitas lainnya yang diperuntukkan bagi santri dan masyarakat umum.

 

 

H. Kesimpulan


Daftar Pustaka

 

Anonymous, Selayang Pandang Pondok Pesantren Darussalam, Pusat Informasi Pesantren Darussalam, 2004

 

Anonymous, Panduan Penerimaan Santri Baru Pondok Pesantren Darussalam Ciamis, Sekretariat Pondok Pesantren Darussalam, 2006

 

Jujur

  J u j u r   Wajib bagi kamu yang berlaku benar, karena sesungguhnya kebenaran itu membawa kepada kebaikan dan kebaikan itu membawa ke ...