Pendidikan Islam di
Indonesia merupakan warisan peradaban Islam dan sekaligus aset bagi pembangunan
pandidikan nasional. Sebagai warisan, ia merupakan amanat sejarah untuk
dipelihara dan dikembangkan oleh semua umat Islam dari masa ke masa. Sedangkan
sebagai aset, pendidikan Islam yang tersebar di berbagai wilayah ini membuka
kesempatan bagi bangsa
Mendiskusikan
sistem pendidikan di
Berbagai persoalan
dari kedua level tersebut di atas pada prinsipnya mendorong adanya perubahan
arah pendidikan Islam, mengingat tantangan kontemporer dan tantanan masa depan
yang berbeda dengan tantangan masa lalu. Sehingga berbagai persoalan yang
muncul, pendidikan Islam diharapkan mampu berperan sebagai penyambung antara
tujuan kehidupan berbangsa, bernegara dan beragama. Ketersambungan tersebut,
penyelenggaraan pendidikan Islam harus menjadi alat (tool) untuk
menghilangkan dikotomi antara kehidupan bernegara dan beragama, terutama dalam
penyelenggaraan pendidikan.
Perbincangan Pendidikan Islam
Islam adalah agama
yang menempatkan pendidikan dalam posisi yang sangat vital. Bukanlah sesuatu
yang kebetulan jika
Menegaskan
kenyataan di atas, pasangan sarjana muslim kontemporer, Ismail Raji
al-Faryqi dan Lois Lamnya' al-Faruq, membuat pernyataan bahwa, Islam
mengidentifikasi dirinya sendiri dengan ilmu. Bagi Islam, ilmu adalah syarat
dan sekaligus tujuan dari agama ini.
Peradaban Islam
sejak awal juga menunjukkan prestasi yang sangat berarti dalam bidang keilmuan
dan pendidikan. Pada masa permulaan penyiaran Islam, Nabi Muhammad Saw. sendiri
menggunakan pendekatan pendidikan, bukan pemaksaan, untuk mengajarkan agama
Islam pada lingkaran khusus di rumahnya Arqam. Besarnya perhatian Muhammad Saw.
terhadap pendidikan juga terlihat ketika ia memutuskan pembebasan bagi tahanan
perang non-muslim dengan syarat yang bersangkutan terlebih dahulu mengajarkan
tulis baca kepada orang-orang muslim yang masih buta huruf.
Dalam perkembangan
berikutnya masjid yang pada dasarnya sebagai tempat beribadah, justeru menjadi
tempat pendidikan yang menonjol pada dua abad pertama sejarah peradaban Islam.
Tradisi ini terus menerus berlanjut dan berkembang khususnya pada masa keemasan
peradaban Islam dengan pendirian lembaga-lembaga pendidikan yang bervariasi
mulai dari masjid-khan, dar al-hikmah, dar al-hadits, sampai dengan madrasah.
Lembaga yang terakhir ini kemudian diakui oleh banyak sarjana sebagai lembaga
pendidikan tinggi dalam Islam, yang memberikan sumbangan penting bagi
perkembangan tradisi (lokal) dan pendirikan modern di Barat.
Perhatian terhadap
sejarah peradaban Islam memang sejauh ini masih terpusat pada aspek politik
yang menggambarkan pasang surut kekuasaan Islam. Dinamika dan pergumulan Islam
dalam bidang pendidikan dan intelektual tergolong wilayah kajiannya yang masih
terlantar. Sekalipun demikian, beberapa sarjana telah berhasil mengungkapkan
dimensi intelektual dan sejarah peradaban Islam itu dengan beberapa tesisnya
yang menarik. Mereka mengakui bahwa pemikiran-pemikiran intelektual muslim pada
masa pertengahan telah menjangkau wilayah kajian yang kompleks, mulai dari
filsafat, keagamaan, humaniora, sampai dengan ilmu-ilmu kealaman (natural
science). Sementara itu, keseriusan para pemikir muslim dalam
mensintetiskan pemikiran Yunani Kuno setidak-tidaknya telah berhasil
menjembatani munculnya masa pencerahan (renaisance) peradaban Barat yang
berlanjut hingga masa modern. Tanpa Islam bisa dikatakan tidak akan pernah
muncul peradaban Barat Modern seperti yang kita saksikan sekarang ini.
Di Indonesia,
sejalan dengan proses penyebaran dan pendidikan Islam sudah mulai tumbuh
meskipun masih bersifat individual.
Gairah umat Islam
untuk terus mendalami ajaran Islam secara menyeluruh meningkat. Untuk tujuan
ini, sebagian lulusan pesantren melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi ke
beberapa pusat kajian Islam di Timur Tengah. Fenomena pelancongan (rihlah
ilmiyah) yang secara intensif muncul pada akhir abad ke-18 M. ini, pada
akhirnya tidak saja menambah wawasan keilmuan mereka, tetapi juga menambah
pengalaman dan inspirasi mereka dari gerakan-gerakan modernisasi pendidika di
Timur Tengah. Lulusan pendidikan Timur Tengah pada masa itu kemudian menjadi
pemrakarsa pendirian madrasah di
Bersamaan dengan
fenomena di atas, sebagian kalangan Islam di Indonesia juga berinteraksi dengan
sistem pendidikan sekolah yang diperkenalkan oleh pendidikan Hindia Belanda (pendidikan
sekuler). Ciri lembaga pendidikan sekolah ini terletak pada orientasinya
yang lebih menekankan pada peningkatan kecerdasan dan keterampilan kerja.
Beberapa tokoh dan organisasi kemasyarakatan Islam, memprakarsai pendirian
sekolah-sekolah ala Belanda itu dengan menambahkan muatan agama. Di satu sisi,
mereka berani mengadopsi sistem pendidikan sekolah yang dikenal sekuler, di
samping itu, pengajaran ilmu-ilmu umum sebagaimana layaknya sekolah Belanda.
Corak pendidikan seperti ini merupakan cikal bakal dari perkembangan
sekolah-sekolah Islam yang marak berkembang di
Pendirian
lembaga-lembaga pendidikan Islam di Indonesia dalam berbagai bentuk dan
coraknya, merupakan upaya pendidikan untuk masyarakat secara terbuka. Sampai
munculnya pesantren, lembaga pendidikan di
Uraian singkat di
atas tadi, Husni Rahim (2001) menjelaskan bahwa eksistensi dan perkembangan
pendidikan Islam di Indonesia barasal dari proses interaksi misi Islam dengan
tiga kondisi. Pertama, interaksi Islam dengan budaya lokal (pra
Islam) telah melahirkan pesantren. Meskipun pandangan ini masih
kontroversial, tetapi pelembagaan pesantren bagaimanapun tidak bisa lepas dari
proses akulturasi Islam dalam kontaks budaya asli (indigenous). Kedua,
interaksi misi pendidikan Islam dengan tradisi Timur Tengah modern telah
menghasilkan lembaga pendidikan madrasah. Ketiga, interaksi Islam dengan
politik pendidikan Hindia Belanda telah membuahkan hasil lembaga pendidikan
Islam. Tetapi dalam sejarah pendidikan di
Pesantren dan Pertumbuhannya
Awal mula
perkembangan pendidikan Islam di Indonesia tidak terlepaskan dari peran
pesantren itu sendiri. Kelahiran pondok pesantren di tanah air, tidak dapat
dipisahkan dari sejarah masuknya Islam ke
Kehadiran pondok
pesantren sampai saat ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi umat Islam. Pada
awal berdirinya, pondok pesantren umunya sangat sederhana. Sistem yang lazim
digunakan dalam proses pembelajaran adalah wetonan, sorogan dan bandongan.
Akan tetapi sejak 1970-an bersamaan dengan program modernisasi pondok
pesantren, mulai membuka diri untuk mempelajari pelajaran umum. Pada mulanya,
tujuan utama pondok pesantren adalah menyiapkan santri untuk mendalami ilmu pengetahuan
agama (tafaqqul fi al-din).
Dewasa ini,
pertumbuhan dan penyebaran pesantren sangat pesat. Dengan menjamurnya pondok
pesantren dengan menyuguhkan spesialisasi kajian baik tradisional ataupun
modern, membawa dampak positif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan di negeri
ini. Kehadiran pondok pesantren telah nyata membantu pemerintah dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa. Di samping itu, pesantren telah menawarkan jenis
pendidikan alternatif bagi pengembangan pendidikan nasional. Sejak awal berdirnya,
pondok pesantren dikenal sebagai lembaga pengakaderan ulama (reproduction of
ulama), tempat pengajaran ilmu agama (transfer of Islamic knowledge)
dan memelihara tradisi Islam (maintenance of Islamic tradition). Fungsi
ini semakin berkembang dan melebar akibat tuntutan pembangunan nasional yang
mengharuskan pesantren terlibat di dalamnya.
Kini, di abad
ke-21, sebagaimana disebut orang abad milenium, peran pesantren bukan saja
sebagai lembaga pendidikan, tetapi juga sebagai lembaga keagamaan dan lembaga
sosial. Peran pesantrenpun melebar menjadi agen perubahan masyarakat (agent
of social change).
Mencermati karateristik
umat Islam serta kecenderungan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada
masa yang akan datang, disertai dengan perkembangan kebudayaan, maka pilihan
format pondok pesantren lebih menekankan kepada ilmu pengetahuan alam (natural science). Maka
keberadaan pondok pesantren sangat optimis sebagai lembaga alternatif
pendidikan. Sebagaimana yang pernah dikemukakan oleh Chistoper J. Lucas;
"Pesantren menyimpan kekuatan yang sangat luar biasa untuk menciptakan
keseluruhan aspek lingkungan hidup dan dapat memberi informasi yang berharga
dalam mempersiapkan kebutuhan yang inti untuk menghadapi masa depan".
Di sinilah peran
pesantren perlu ditingkatkan. Tuntutan globalisasi tidak mungkin dihindari.
Salah satu langkah yang bijak adalah mempersiapkan pesantren tidak
"ketinggalan kereta" agar tidak kalah dalam persaingan. Pada tataran
ini, masih banyak pembenahan dan perbaikan yang harus dilakukan oleh pondok
pesantren.
Kedua, pesantren sebagai
lembaga pengembangan ilmu pengetahuan khusus agama Islam. Pada tataran ini,
pesantren masih dianggap lemah dalam penguasaan ilmu dan metodologi. Pesantren
hanya mengajarkan ilmu agama dalam arti tranfer of knowledge.
Karenanya pesantren harus jelas memiliki potensi sebagai "lahan"
pengembangan ilmu agama.
Ketiga, dunia pesantren harus
mampu menempatkan dirinya sebagai transformator, motivator dan inovator.
Kehadiran pesantren dewasa ini telah memainkan perannya sebagai fungsi itu
meskipun boleh dikata dalam taraf yang perlu dikembangkan lebih lanjut. Sebagai
salah satu komponen masyarakat, pesantren memiliki kekuatan dan "daya
tawar" untuk melakukan perubahan-perubahan yang berarti.
Berdasarkan
pendekatan sistemik dan religi di atas, tentunya diakui bahwa peranan pondok
pesantren harus sanggup membangun individu santri untuk membangun kelompok (sosial)
yang memiliki potensi kuat dalam mengisi pembangunan negeri ini. Dengan
konsepsi yang demikian itu, pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan yang
ideal, terutama, karena di dalamnya memuat konsep pendidikan yang
integralistik, humanistik, pragmatik, dan mempunyai akar budaya yang sangat
kental di lingkungan masyarakat.
Dengan fenomena
yang seperti itu, tidak heran bila sekarang, pemerintah atau lembaga sosial
kemasyarakatan menginginkan pondok pesantren menjadi pusat pemberdayaan
masyarakat, melalui berbagai kegiatan yang sangat menunjang untuk menciptakan
sumber daya manusia (SDM) yang memiliki kompetensi jelas. Dan di sinilah
perlunya mendiskusikan kembali peran pesantren yang tidak hanya sebagai sarana
olah santri dalam kajian ilmu-ilmu keislaman. Tetapi yang lebih jauh lagi
adalah memformat bahwa pesantren harus menjadi wadah pembinaan skill dan
kreatifitas santri. Sehingga lulusan pesantren mampu membangun personal yang
memiliki sumber daya yang kuat, handal dan mampu menembus tantangan zaman dan
sekaligus merubahnya menjadi sebuah peluang.
Penutup
Uraian di atas
menggaris bawahi, bahwa perkembangan pendidikan Islam yang diawali sejak
masuknya Islam ke
Untuk itu, pendidikan Islam yang dikelola oleh lembaga keagamaan dalam hal ini Departemen Agama, diharapkan tidak; (1) menumbuhkan semangat fanatisme buta; (2) menumbuhkan sikap intoleransi di kalangan masyarakat; (3) memperlemah kerukunan hidup berbangsa dan beragama. Sebaliknya, pengembangan pendidikan agama harus mampu menciptakan ukhuwah Islamiyah, serta mampu membentuk kesalihan pribadi dan sekaligus membangun kesalehan sosial. Insya Allah!