A. Latar Belakang Masalah
Kelahiran pondok pesantren
di tanah air ini tidak dapat dipisahkan dari sejarah masuknya Islam ke
Eksistensi pondok pesantren
dalam menyikapi perkembangan zaman, tentunya memiliki komitmen untuk tetap
menyuguhkan pola pendidikan yang mampu malahirkan sumber daya manusia yang
handal. Kekuatan head, heart dan hand, menjadi modal utama untuk
membentuk pribadi santri yang mampu menyeimbangi perkembangan zaman.
Pondok pesantren yang awal mulanya merupakan lembaga pendidikan yang
bersifat tradisional (salafi) yang fungsi dan tujuannya sebagai lembaga
syiar Islam, maju dan mundurnya tergantung kepada kyainya. Kedudukan kyai adalah sentral
kebijakaan dalam menentukan kelangsungan dan kemajuan pondok pesantren. Dalam kajian
pendidikan yang dibahas hanya sebatas pada persoalan keagamaan dan sifatnya
tertutup. Apalagi di zaman
kolonial, keberadaan pondok pesantren sangat diawasi ruang geraknya.
Perkembangan berikutnya, pondok pesantren yang dipimpin oleh “kyai cendikiawan muslim” mulai menerima “input” dari luar dan mulai menyesuaikan diri
dengan kebutuhan masyarakat luas. Sejak itu pondok pesantren tidak hanya
mengurusi masalah pendidikan keagamaan saja, tetapi sudah mampu mengurusi
masalah sosial lainnya. Bahkan, banyak pondok pesantren yang mengadakan kerja
sama dengan instansi pemerintah daerah ataupun pusat untuk mengerjakan beberapa program
pemerintah yang dilaksanakan oleh pondok pesantren. Visi, misi dan tujuan
pendidikan pesantren yang disesuaikan dengan dinamika masyarakat dan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi sangat diperlukan untuk menyusun dan menetapkan program pendidikan
pondok pesantren.
Dalam hal penyelenggaraan pendidikan, dewasa ini pondok pesantren telah banyak yang mengubah bentuk dalam
pola pendidikannya dengan menyelenggarakan jenis pendidikan persekolahan dan
keterampilan. Pendidikan persekolahan yang ada biasanya lembaga pendidikan yang
bernuansa
Islami. Mulai dari Raudlatul Athfal, Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah
Tsanawiyah, Madrasah Aliyah dan Perguruan Tinggi Agama Islam dan
Mahad 'Aly. Untuk pendidikan keterampilan, pondok pesantren menyediakan
berbagai fasilitas keterampilan bagi santrinya. Antara penyelenggaraan pendidikan persekolahan
dan lembaga keterampilan semuanya merupakan upaya pondok pesantren untuk dapat
menyesuaikan diri dengan perkembangan dan tuntutan zaman dalam bidang pendidikan.
Pondok Pesantren Darussalam Ciamis, Jawa Barat, merupakan salah satu
pondok pesantren di tanah air yang tumbuh kembang sejak zaman perjuangan
kemerdekaan. Kini setelah
Berdasarkan latar belakang masalah ini, maka sebuah rumusan masalah yang
dikemukakan adalah bagaimana sistem pendidikan di Pondok Pesantren Darussalam?.
Dengan demikian, tujuan yang hendak dicapai oleh penulis adalah untuk
memberikan gambaran yang singkat dan sederhana tentang sistem pendidikan di
Pondok Pesantren Darusalam Ciamis.
B. Sejarah Singkat Pesantren Darussalam
Ciamis
Melalui
sejarahnya yang panjang, Pondok Pesantren Darussalam didirikan oleh Kyai Ahmad
Fadlil (almarhum) pada tahun 1929. Di awal
beridirinya, Pesantren Darussalam didirikan di atas sebidang tanah wakaf
dari suami istri Mas Astapradja dan Siti Hasanah, yang berlokasi di Kampung
Kandanggajah, Desa Dewasari Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis, Jawa Barat.
Pada saat didirikannya Pesantren ini baru memiliki sebuah rumah Kyai, sebuah
masjid dan sebuah asrama (pondok) yang sangat sederhana.
Pada zaman penjajahan,
Pesantren Darussalam sebagaimana pesantren-pesantren umum lainnya diharuskan
mengikuti undang-undang ordonansi pemerintah Belanda yang membatasi materi dan
kitab-kitab teks pengajian. Kendati demikian, pembatasan yang dilakukan oleh
pemerintah Hindia-Belanda tersebut tidak mengurangi minat para pemuda untuk
belajar di pesantren-pesantren, termasuk di Pesantren Darussalam (waktu masih
bernama Pesantren Cidewa dan belum menerima santri putri), hingga saat itu
jumlah santri di Pesantren ini mencapai kurang lebih 400 orang santri putra.
Berbeda dengan kondisi pada
masa penjajahan, setelah bangsa Indonesia merdeka dengan berdirinya Republik
Indonesia, keleluasaan para santri dalam mengkaji kitab-kitab yang sebelumnya
dibatasi, lambat laun disadari bahwa negeri tercinta yang telah diperjuangkan,
harus pula disertai dengan kemerdekaan di bidang pendidikan Pesantren.
Dalam kondisi demikian, Pondok
Pesantren Darussalam, sedikit demi sedikit terus mengembangkan berbagai sarana
dan fasilitas pendidikan yang diperlukan santri, baik sarana pembelajaran dan
penginapan (pondok).
Secara geografis Pondok Pesantren Darussalam Ciamis, berada ± 4 KM di sebelah timur ibu
Kondisi tanah di lingkungan Pesantren Darussalam yang tidak datar,
terlihat dengan kondisi Kampus I berada di daerah rendah dibanding dengan
Kampus II dan Kampus tengah yang berada pada daerah agak tinggi. Maka untuk
menuju ke Kampus II atau Kampus tengah dari Kampus I tingkat kemiringan tanah
jelas terlihat.
B.
Pesantren dengan Kebijakan Dulu dan Kini
Pada
zaman penjajahan, Pesantren Darussalam sebagaimana pesantren-pesantren umum
lainnya diharuskan mengikuti undang-undang ordonansi pemerintah Belanda yang
membatasi materi dan kitab-kitab teks pengajian. Kendati demikian, pembatasan
yang dilakukan oleh pemerintah Hindia-Belanda tersebut tidak mengurangi minat
para pemuda untuk belajar di pesantren-pesantren, termasuk di Pesantren
Darussalam (waktu masih bernama Pesantren Cidewa dan belum menerima santri
putri), hingga saat itu jumlah santri di Pesantren ini mencapai kurang lebih
400 orang santri putra. Adanya
pengawasan dari pemerintah Belanda pun terhadap pesantren Darussalam turut
membatasi terhadap ruang gerak dan perkembangan Pondok Pesantren Darussalam.
Berbeda dengan kondisi pada masa penjajahan,
setelah bangsa Indonesia memploklamirkan diri menjadi bangsa yang merdeka
dengan berdirinya Republik Indonesia, keleluasaan para santri dalam mengkaji
kitab-kitab yang sebelumnya dibatasi, lambat laun disadari bahwa negeri
tercinta yang telah diperjuangkan, harus pula disertai dengan kemerdekaan di
bidang pendidikan Pesantren.
Dalam kondisi demikian,
Pondok Pesantren Darussalam, sedikit demi sedikit terus mengembangkan berbagai
sarana dan fasilitas pendidikan yang
diperlukan santri, baik sarana pembelajaran dan penginapan (pondok).
Di tengah terpaan arus
globalisasi, para pakar ramai menyatakan bahwa dunia akan semakin kompleks dan
saling ketergantungan (interdependence). Dikatakan pula bahwa perubahan
yang akan terjadi dalam bentuk non-linear, tidak bersambung (discontinuons)
dan tidak bisa diramalkan (unpredictable). Masa depan merupakan suatu
ketidaksinambungan (a series of discontinuities), di sini Pondok Pesantren Darussalam membangun
pemikiran ulang (rethinking) dan rekayasa ulang (reengineering)
terhadap masa depan yang akan dilewati. Pondok Pesantren Darussalam berani
tampil dengan pemikiran yang terbuka dan meninggalkan cara-cara lama yang tidak
produktif.
Fenomena globalisasi banyak
melahirkan sifat individualisme, dan pola hidup materialistik yang kian
mengental. Di sini lahior sebuah tantangan yang harus dilewati oleh Pondok
pesantren Darussalam yang masih konsisten dengan menyuguhkan suatu sistem
pendidikan yang mampu menjembatani kebutuhan fisik (jasmani) dan
kebutuhan mental spiritual (rohani) manusia.
Eksistensi Pondok Pesantren Darussalam
Ciamis dalam menyikapi perkembangan zaman, tentunya memiliki komitmen untuk
tetap menyuguhkan pola pendidikan yang mampu melahirkan sumber daya manusia
(SDM) yang handal. Kekuatan otak (berfikir), hati (keimanan) dan
tangan (keterampilan), merupakan modal utama untuk membentuk pribadi
santri yang mampu menyeimbangi perkembangan zaman. Berbagai kegiatan
keterampilan dalam bentuk pelatihan/workshop (daurah) yang lebih
memperdalam ilmu pengetahuan dan keterampilan kerja (working skill)
adalah upaya untuk menambah wawasan santri di bidang ilmu sosial, budaya dan
ilmu praktis, merupakan salah satu terobosan konkrit untuk mempersiapkan
individu santri di lingkungan masyarakat.
Dalam menghadapi tantangan yang semakin kompleks di lingkungan
masyarakat, Pondok Pesantren Darussalam telah mengembangkan dirinya sebagai
pusat keunggulan. Pondok Pesantren Darussalam Ciamis, tidak hanya mendidik
santri agar memiliki ketangguhan jiwa (taqwimu al-nufus), jalan hidup
yang lurus, budi pekerti yang mulia, tetapi juga santri yang dibekali dengan berbagai
disiplin ilmu keterampilan lainnya, guna dapat diwujudkan dan mengembangkan segenap
kualitas yang dimilikinya, agar seorng satri memiliki jiwa; muslim moderat,
mukmin demokrat dan muhsin diplomat.
Untuk mencapai tujuan di atas, para santri dibekali nilai-nilai
keislaman yang dipadukan dengan keterampilan dengan mulai membuka lembaga
pendidikan formal. Sampai saat ini lembaga pendidikan formal dimulai dari
1.
Raudlatul Athfal (
2.
Madrasah Ibtidaiyah (SD).
3.
Madrasah Tsanawiyah (SLTP).
4.
Madrasah Aliyah Negeri (SLTA)
5.
Sekolah Menengan Atas (SMA)
Plus Darussalam.
6.
Ma'had Aly Darussalam (MAD)
7.
Institut Agama Islam Darussalam
(IAID);
§
Fakultas Tarbiyah
§
Fakultas Syari'ah
§
Fakultas Syari'ah
§
D2 PGTK/RA
§
Program D2 PGSD/MI
§
Program Pascasarjana (S2)
C. Visi dan Misi
Paradigma penyelenggraan Pondok Pesantren Darussalam tidak terlas dari
upaya menciptakan gerasi yang memiliki dedikasi yang tinggi dalam mengemban
amanat memajukan pendidikan Islam. Berpegang dari visi yang jelas merupakan
isntrumen penting dalam penyelenggaraan lembaga pendidikan. "Visi"
lembaga pendidikan pondok pesantren Darussalam adalah menjadikan lembaga
pendidikan Islam yang mampu menghasilkan santri, yang;
1. menguasai ilmu-ilmu bahasa
Arab
2. berwawasan mondial
3. memahami dan mengapresiasi
ilmu pengetahuan dan teknologi
4. memiliki kepedulian yang
tinggi terhadap pengembangan akhlak bangsa.
5. memiliki kepedulian yang
tinggi terhadap masalah-masalah lingkungan hidup.
6. berwawasan kerakyatan dan
peduli terhadap kemajuan serta kesejahteraan bangsa
Selain visi yang merupakan salah satu landasan pengembangan pendidikan,
pondok Pesantren Darussalam juga mengemban "Misi" yang difokuskan
kepada upaya pengakderan, dakwah yang multidimensional, yaitu;
1. menggelorakan semangat
pemurnian ajaran Islam sesuai dengan ajaran Ahlussunah wal Jamaah yang
bersumber dari al-Qur'an dan al-Sunnah.
2. membina budaya keshalihan
(kesalihan individu dan sosial) dan budaya kepakaran di kalangan santri dan
masyarakat.
3. mengembangkan budaya
prestasi dan sikap produktif di kalangan santri dan masyarakat.
4. mengembangkan dn
melestarikan ilmu-ilmu bahasa Arab dan ilmu-ilmu agama Islam yangtertuang dalam
kitab-kitab kuning dan literature modern, dan
5. mendukung, melaksanakan,
dan mengamankan pembangunan nasional di segala bidang secara proaktif, dinamis,
ikhlas dan bertanggungjawab.
Visi dan misi Pondok Pesantren Darussalam Ciamis ini mencerminkan watak
dan ciri kemoderenan sistem pendidikan di pondok pesantern Darusalam Ciamis
dengan tujuan untuk membangun mental dan spiritual masyarakat santri. Membangun
manusia yang memiliki dedikasi, berakhlak, bermoral, dan mampu berpikir luwes
serta memiliki jiwa terbuka. Hal ini dapat terlihat dalam motto Pondok
Pesantren Darussalam, yakni berupaya membangun;
1. Muslim moderat adalah sosok manuia muslim yang dapat bersikap
luwe, tenggang rasa, bersolidaritas tetis dan sosial dan tidak ingin menang
sendiri.
2. Mukmin demokrat adalah sosok manusia beriman yang berakar ke
bawah dan berpucuk ke atas. Pada saat ia manggung kekuasaan dia tidak melupakan
rakyat yang telah membesrkannya, dan ketika ia turun panggung dapat kembali ke
masyarakat, tidak putus asa dan selalu membangkitkan motivasi diri dan orang
lain.
3. Muhsin diplomat adalah sosok manusia yang mencintai kebajikan,
keindahan, sopan-santun, dan berakhlak mulia.
E.
Kegiatan Santri
Sebagai lembaga pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan formal
(sekolah) dan kepesantrenan aktivitas santri nyaris tiada henti. Hal ini
terlihat dari jadual harian (daily activities) santri.
Waktu |
Kegiatan |
03.00-04.00 |
Bangun
Pagi dan Qiyamul lail |
04.00-06.00 |
Shalat
Subuh dilanjutkan dengan kuliah subuh |
06.00-07.00 |
Makan pagi
dan persiapan sekolah |
07.00-13.30 |
Belajar di
sekolah |
14.00-15.30 |
Istirahat
dan makan siang |
15.50-17.00 |
Shalat
Ashar dan pengajian kitab kuning |
17.00-18.30 |
Makan sore
dan berjamaah shalat maghrib |
18.30-20.00 |
Pengajian
kitab kuning |
20.00-21.00 |
Belajar
bersama di asrama |
21.30- |
Istiratah/tidur |
Kegiatan santri yang begitu padat, tidak saja berguna untuk melatih
kedisplinan satri, melainkan juga bermanfaat untuk lebih mengoptimalkan
interaksi santri dengan santri, santri dengan ustadz/ustadzah, dan dengan
lainnya.
D.
Manajemen Kelembagaan dan Struktur Kepemimpinan
Secara kelembagaan, Pondok Pesantren Darussalam dikelola oleh Yayasan
Kesejahteraan Pendidikan Islam (YAKPI) al-Fadliliyah Darussalam Ciamis, Jawa
Barat, dengan akta notaries Rodiah Oetomo, SH, tanggal,
Sistem pengkaderan pimpinan di Pesantren Darussalam didasarkan pada
profesionalisme dan spesialisasi, yaitu suatu sistem pengkaderan yang
menggunakan prinsip-prinsip profesionalisme, kemampuan, keahlian, tanpa
tercerabut dari akar tradisi kepesantrenan.
Sesuai dengan manajemen pesantren yang berorientasi kepada
profesionalisme dan spesialisasi itu, maka pola kepemimpinan pesantren
Darussalam pada masa mendatang akan bersifat konvergensial, yakni di satu sisi
tetap mempertahankan pola figure sentran seperti yang dianut pada saat ini,
tetapi di sisi lain akan bersifat kolektif-kolegial.
Konsep kepemimpinan kolektif-kolegial dengan pola figure sentral ini
mempunyai arti bahwa dalam menjalankan tugas kepesantrenan sehari-hari antara
satu pimpinan dengan pimpinan lain berkerja sama dan bahumembahu secara erat,
akrab, penuh tanggungjawab, dan bersuasana penuh dengan kekeluargaan. Posisi,
peran, dan fungsi figure sentral pesantren adalah mengkoordinasikan dan mengendalikan
seluruh kegiatan kepesantrenan beserrta segenap lembaga-lembaga subordinate.
Pada pola kepemimpinan Pesantren Darussalam menganut sistem tiga lapis
yang bersifat hirarkis-proporsional. Ketiga lapis tersebut yaitu;
- Lapis pertama adalah Majelis atau Dewan Pengasuh yang merupakan
pimpinan tertinggi di lingkunan Pesantren Darussalam, yaitu terdiri atas;
-
Pengasuh
-
Wakil Pengasuh
- Lapis kedua adalah Dewan Direktur, yang merupakan pembantu pengasuh
dan merupakan komponen pimpinan Pesantren Darussalam. Saat ini dewan
direktur terdiri atas;
-
Direkutur I : membidangi
kependidikan dan sarana prasarana.
-
Direktur II : membidangi hubungan sosial
kemasyarakatan dan
kepemerintahan.
-
Direkur III : membidangi
kesekretariatan; ketertiban dan keamanan,
kegiatan-kegiatan kepesantrenan.
-
Direktur IV : membidangi pertumbuhan perekonomian
pesantren
-
Direktur V : membidangi olah raga dan seni
-
Direktur VI : membidangi badgeting/bendahara
pesantren
3. Lapis ketiga adalah pimpinan subordinat yang merupakan pelaksana
atau pembantu Majelis Pengasuh yang terdiri dari Rektor dan Kepala Madrasah.
Ketiga lapis struktur kepemimpinan tersebut
dapat terlihat dalam bagan berikut ini;
![]() |
|||
|
|||
|
![]() |
![]() |
||
![]() |
Manajemen pendidikan di Pondok Pesantren
Darussalam berprinsip pada kaidah "memelihara pemikiran lama yang baik dan
mengambil pemikiran baru yang lebih baik". Berdasarkan kaidah tersebut,
Pesantren Darussalam seperti juga pesantren lainnya tetap memelihara sistem pengajian
sorogan dan pendalaman kitab-kitab kuning. Bersama dengan itu, sistem
pendidikan modern pun digunakan seselektif mungkin.
G. Guru dan Santri
Dewan guru di
Pondok Pesantren Darussalam di bagi pada tiga bagian; pertama, dewan guru yang diberi tugas untuk mengajar pelajaran di
sekolah, kedua, dewan guru yang
diberi tugas untuk mengajar pelajaran kepesantrenan dan ketiga, dewan guru yang diberi tugas untuk mengajar di sekolah dan
pelajaran kepesantrenan.
Sampai saat ini
jumlah dewan guru dan Doses Pondok Pesantren Darussalam Ciamis sebanyak 236
orang. Sejumlah tersebut diperbantukan dari mulai tingkat RA-IAID.
E. Kurikulum
dan Sistem Pengajian
Di beberapa pondok pesantren modern, sistem pengajijan dilaksanakan
dengan menggunakan sistem sekolah/madrasah sebagai basisnya. Sekolah/madrasah
dijadikan sebagai standar untuk menentukan kelas pengajian, materi dan kitab
pengajian dan alokasi waktu.
Asumsi utama yang melandasinya adalah bahwa kemampuan santri untuk
tingkat sekolah/madrasah tertentu memiliki sifat dan kemampuan yang relative
homogen; sehingga penentuan kelas pengajian, materi, dan alokasi waktu secara
otomatis mengikuti tingkat kelas/madrasah tersebut.
Dengan menjadikan sekolah/madrasah sebagai basis pengajian, maka (1)
penentuan kelas/kelompok pegajian relative lebih mudah, (2) penentuan materi
dan kitab standar dapat diseragamkan, (3) kebutuhan akan tenaga pengajar
(asatidz) tidak terlalu banyak, karena dimungkinkan dibuatnya kelompok dengan
jumlah peserta pengajian yang banyak, dan (4) sistem evaluasi yang bersifat
formal tidak membutuhkan waktu yang lama.
Namun demikian, seiring dengan perkembangan konsep dan paradigma – di
mana model pembelajaran yang berlandaskan homogenitas peserta didik sudah mulai
ditinggalkan dan mulai mengrah pada model pembelajaran berbasisi individu –
maka sejak tahun 2001, sistem pengajian kitab kuning di Pondok Pesantren
Darussalam Ciamis dikelola dengan menjadikan kemampuan individu santri sebagai
basisnya.
Hal itu disadari oleh suatu keyakinan bahwa model pembelajaran yang
berbasis pada asumsi homogenitas peserta didik memiliki kelemahanyang cukup
serius, yaitu kesulitas dalam mengukur perkembangan dan kemampuan peserta didik
secara individual, sementara pengkuran perkembangan kemampuan berdasarkan kelas
kurang dapat diandalkan.
Karena sesuai dengan tradisi pesantren, model pembelajaran yang berbasis
individual sudah teruji (misalnya dalam penggunakan metode sorogan), dan dalam
konteks Pondok Pesantren Darussalam model ini sangat memungkinkan, maka untuk
lebih mengoptimalkan sistem pengajian pesantren dimulailah dengan model
pengajian yang berbasis individu, tanpa mereduksi sama sekali penggunaan sistem
kelas/kelompok.
a.
Asumsi Dasar
- setiap santri memiliki keunikannya masing-masing, baik yang dari
aspek-aspek kognitif, afektif, amupun aspek psikomotornya.
- kesamaan usia individu tidak serta merta menggambarkan adsanya
kematangan usia yang sama
- sekelompok individu adalah sekumpulan sifat, watak dan kemampuan
yang heterogen dan masing-masing memiliki sifat yang unik.
- daya tangkap dan daya serap terhadap materi pembelajaran
masing-masing individu bersifat haterogen.
b.
Pengelolaan
1.
penentuan tingkat pengajian didasarkan
pada kemampuan individu, tidak pada tingkat sekolah/madrasah.
2.
tingkat pengajian terdiri dari
tingkatan persiapan (tamhidy) tingkat dasar (ibtia'i), tingkat
menengah (wustha) dan tingkat tinggi ('ulya).
3.
setiap tingkat pengajian terdiri
dari satu kelompok pengajian tidak lebih dari 40 orang santri.
4.
penentuan materi pengajian
didasarkan pada materi standar sesuai dengan disiplin al-Qur'an, al-Hadits,
Fiqh, Akidah, Akhlaq, Nahwu, Sharaf dan Balaghah.
5.
setiap kelompok memiliki kemampuan
yang relative sama.
6.
adanay sistem evalausi indivisu
dilaksanakan secara berkala dan berkesinambungan.
7.
sistem rekrutmen santri didasarkan
pada motivasi santri, baik motivasi memasuki pondok pesantren ataupun motivasi
belajar.
c.
Kurikulum Pengajian
Kurikulum pengajian disesuaikan degan masing-masing tingkat pengajian
dan mengacu kepada kitab-kitab standar masing-masing disiplin.
1.
Tingkat Tamhidy
-
Tujuannya adalah meletakkan
dasar ke arah kemampuan penguasaaan baca tulis al-Qur'an, bacaan shalat, do'a,
pemahaman sadar-dasar akidah, dan akhlak sehari-hari kepada sesame teman dan
orang tua.
-
materi pembelajaran;
bimbingan belajar baca tulis al-Qur'an metode iqra, bimbingan menghafal
do'a-doa shalat, bimbingan praktek ibadah.
-
Kitab pegangan adalah buku
iqra, tuntutan shalat, kumpulan doa-doa rasulullah
2.
Tingkat Ibtida'iy
-
Tujuannya adalah agar
santri memahami dan menguasai dasar-dasar ilmu nahwu dan sharaf dan dapat
mengaflikasikannya; memahami tata cara shalat wajib dan sunnah dengan
dalil-dalilnya, memahami akidah ahlussunnah wal jamaah, dan akhlak sehari-hari.
- Materi pembelajaran pengajian klasikal dan pembahasan kitab Jurumiyah,
pengajian klasikal dan pembahasan Matan al Bina, membaca kitab Amtsilah
at-Tashrif, pengajian klasikal dan pembahasan kitab Fath al-Qarib, pengajian
Jawahir al-Kalamiyah, pengajian al-Akhlak li al-Banin.
- Kitab pegangan adalah Kifayatul al-Ahyar, Fiqh Sunnah, Fath
al-Majid.
3.
Tingkat Wustha
- Tujuannya adalah agar santri memahami dan menguasai ilmu nahwu
dan sharaf dan dapat mengaplikasikannya; memahami fiqh ibadah dan mu'amalah;
memahami akidah Ahlussunah wal Jamaah dan dapat membedekan denganaliran aliran
yang lainnya, dan dapat memahami akhlak Rasulullah saw.
- Materi meliputi pengajian klasikal dan pembahaan kitab mutamimah
al-Jurumiyah, memahamid an mengaplikasikan kitab al-Kailani,
pembahasan kitab kifayah al-akhyar, pembahasan kitab Fath al-Majid
- Kitab pegangan adalah kitab Mutamimah al-Jurumiyah,
al-Kailani, Kifayah al-Akhyar, Fath al-Majid.
4.
Tingkat 'Ulya
-
Tujuannya adalah agar
santri memahami dan mengaplikasikan ilmu tata bahasa Arab lanjutan dan
metode-metode ilmu keislaman dan ilmu keislaman lainnya secara lebih lanjut.
-
Materi pembelajaran
meliputi pengajian klasikal kitab al-Fiyah ibn Malik, pembahasan kitab Balaghah
al-Wadhihah, pembahasan kitab ilm Ushul al-Fiqh, pembahasan kitab Mabahts
fi Ulum al-Qur'an, pembahasan kitab Ulum
al-Hadits.
- Kitab pegangan meliputi kitab 'Uqud al-Juman, Ushul Fiqh (Abu
Zahra), Manahil al-Irfan.
Kegiatan pendidikan dan pengajian di Pondok Pesantren Darussalam
Ciamis memiliki ciri khusus, di
antaranya:
- Takhashshus, yakni penekanan pada bdaing Nahwu/Sharaf, Fiqh
dan Ushul Fiqh serta khazanah ilmu-ilmu Islam klasikal lainnya.
- Integralitas, yakni penggabungan antara sistem pendidikan
pondok pesantren (salafi) dengan sistempen didikan formal.
- Moderasi dan Tasamuh dalam pengamalan keagamaan, di
mana Pondok Pesantren Darussalam tidak berafiliasi kepada organisasi
keagamaan tertentu dan fahan keagamaan tertentu kecuali komitmen terhadap
al-Qur'an dan Sunnah.
- keterbukaan dalam menyerap perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi modern.
Sistem evaluasi dan ujian pengajian di Pondok Pesntren Darussalam
terdiri dari tiga jenis;
- Ujian awal dilakukan pada saat penjaringan/rekruitmen santri baru.
Penjaringan santri baru ini dilaksanakan dalam suatu kepanitiaan terpadu
yang di dalamnya terdapat personal yang ditunjuk dari tiap-tiap SP3.
Pelaksanaannya setiap awal tahun pelajaran (antara Bulan Juni-Juli).
- Ujian Tengah Semester dilakukan pada pertengahan semester dan
bertujuan untuk mengetahui perkembangan dan kemampuan santri.
- Ujian Akhir Semester dilakukan pada akhir setiap tahuan ajaran dan
bertujuan untuk menentukan naik-tidaknya santri ke jenjang tingkatan
selanjutnya.
F.
Lembaga Penunjang
Kegitan santri di Pesantren Darussalam sehari-hari di samping mengukuti
pengajian, juga ditunjang oleh kegiatan kegitan yang bersifat kurikuler maupun
ekstra kurikuler. Itu sebabnya santri diberi kebebasan untuk mengikuti berbagai
kegiatan ekstra, mulai dari kegiatan seni musik, seni bela diri, seni teater,
keterampilan komputer, pramuka dan kegiatan ekstra lainnya.
Selaian kegiatan santri tersebut, ditunjang oleh lembaga–lembaga yang
didirkkan yang tidak saja bermanfaat terhadap santri dan alumni, tetapi juga
dapat dirasakan oleh masyarakat banyak. Falitas-falitas pendukung tersebut
meliputi;
1.
Majelis Ta’lim Darussalam (MTD)
2.
Majelis Mudzakarah Darussalam.
3.
Pusat Informasi Pesantren.
4.
Ikatan Alumni Darussalam (IKADA)
5.
Koperasi Ikdas
6.
Baitul Mal wat Tamwil (BMT)
7.
Pusat Pelatihan Komputer (PPK)
8.
Sanggar Seni Musik dan Saslaridha
9.
Terapi Musik Sufi Qasidah
al-Burdah
Selain lembaga-lembaga penunjang tersebut,
juga tersedia fasilitas lainnya yang diperuntukkan bagi santri dan masyarakat
umum.
H.
Kesimpulan
Daftar Pustaka
Anonymous, Selayang Pandang Pondok
Pesantren Darussalam, Pusat Informasi Pesantren Darussalam, 2004
Anonymous, Panduan Penerimaan Santri Baru Pondok
Pesantren Darussalam Ciamis, Sekretariat Pondok Pesantren Darussalam, 2006